SMP MPlus Gunungpring

Kamis, 27 Juli 2023. SMP Muhammadiyah Plus Gunungpring atau biasa dikenal Mplus ini kembali membuat dobrakan bagi kalangan remaja di era digital native. Seperti halnya kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya mengusung kearifan lokal sebagai langkah membudayakan kembali dolanan di Indonesia khususnya Pulau Jawa. MPlus mengadakan Seminar Kesehatan Reproduksi yang diikuti oleh seluruh siswa baik itu kelas VII, VIII, dan IX. “Kenali Dirimu, Kenali Sistem Reproduksimu” merupakan tema yang menjadi dasar pembahasan dalam seminar tersebut. Seminar yang dilaksankan selama 2 jam itu sangat menggugah bagi siswa-siswi di Mplus. Apalagi dimasa yang penuh tantangan dengan perubahan zaman yang sangat luarbiasa dahsyatnya.

Saya ingat betul, ketika waktu kecil orangtua selalu bilang bahwasannya kamu harus menjaga kehormatanmu sebagai wanita. Kamu harus jaga mahkotamu. Hal itu harus dijaga sampai kamu menikah. Jangan pacaran. Ya, waktu kecil belum terlalu paham tentang apa yang dikatakan oleh orangtua. Apa maksud dan tujuan orangtua berkata seperti itu. Tapi setelah menginjak remaja semua pertanyaan dibenak satu persatu mulai terpecahkan. Ketika sudah mulai suka dengan lawan jenis, pertanyaan itu telah terjawab sudah. Ketika masih anak-anak dan belum mencapai aqil baligh masih mengedepankan emosi. Dan ketika anak sudah aqil baligh maka mulai berkembangnya sistem otak yang satu dengan yang lain dan mulai menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri. Maka dari itu para ahli mengatakan bahwa yang lebih dominan bekerja adalah otak kanan pada anak-anak karena otak kanan bertugas menjalankan tugas-tugas ekspresif dan kreatif. Sedangkan otak kiri bekerja dalam tugas-tugas yang melibatkan logika, bahasa, dan pemikiran analitis. Sehingga jika tidak diseimbangkan maka anak-anak akan salah dalam memahami setiap perkembangan emosinya yang ada pada masa remaja. Salah satunya, keingintahuannya yang sangat tinggi dimasa remaja maka diperlukan ilmu atau pendampingan tentang teori-teori yang berkaitan dengan masa remaja.

Masa remaja berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun. Mulai dari remaja awal, remaja pertengahan, dan remaja akhir. Sebenarnya sebelum mereka menginjak masa remaja, mereka seharusnya sudah sepantasnya dibekali ilmu yang mendasar tentang tanda dari keremajaannya tersebut. Karena sebagian orang awam apalagi anak-anak tidak tahu tanda aqil baligh itu sendiri. Sebagian orang malu bertanya atau bisa dikatakan hal yang sangat tabu untuk dipertanyakan dan dibicarakan. Padahal semua itu penting bagi kehidupan mereka.

Kesehatan reproduksi remaja adalah salah satu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Hal tersebut mungkin sebagian anak sekarang tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Mereka hanya tahu menstruasi, sudah mimpi basah berarti sudah dewasa (aqil baligh). Mereka tidak tahu menahu tentang kesehatan reproduksi yang sesungguhnya . Mereka tidak tahu jangka panjang ketika mereka mengetahui kesehatan reproduksi bagi dirinya sendiri.

“Siswa SMP ini kan kurang tahu ya tentang pengetahuan reproduksi. Sebaiknya diberikan ilmu kesehatan reproduksi remaja secara berkala karena dimasa remaja keingintahuannya sangat tinggi apalagi siswa-siswa SMP. Selama ini mereka hanya melihat dari dunia maya ya, baik itu dari youtube, internet, yang sifatnya malu untuk dipertanyakan. Maka dengan ilmu ini semoga bermanfaat bagi mereka nantinya”, Ujar Bidan Rahmi selaku narasumber di seminar tersebut. Ya sih, apalagi dizaman sekarang lagi marak-maraknya pelajar siswi yang sudah hamil diluar nikah. Nah itu mungkin kurangnya pengetahuannya dalam memahami reproduksinya sendiri. Bidan Rahmi juga mengatakan bahwa pengenalan tentang reproduksi perlu diperkanalkan kepada anak-anak mulai dari kecil. Dari masa balita sudah diperkenalkan. Mana yang kelamin laki-laki atau perempuan, area yang tidak boleh diperlihatkan atau dipegang. Semua itu harus diperkenalkan kepada anak-anak secara berkala. Ada batasan yang harus diketahui anak-anak juga.

Dilihat dari antusias anak-anak dalam mengikuti seminar ini bisa digaris bawahi bahwa tugas sebagai orangtua itu sangatlah berat. Tapi semua itu kembali kepada masing-masing individu dari kita sebagai orangtua dalam menyikapinya. Kita sebagai orangtualah yang menjadi nahkoda dalam mendidik anak-anak karena terlepas dari tanggungjawab sekolah yang hanya sebatas transportasi atau kendaraan bagi mereka dalam masa perkembangannya. Sifat/karakter/perilaku anak bergantung pada kita sebagai orangtua. Jangan sampai kita terlambat dalam meyampaikan apa yang sebenarnya mereka butuhkan pada masanya. Jangan sampai orangtua lalai akan tanggungjawab atas amanah yang telah diberikan. Jangan sampai orangtua menyesali dan menyalahkan diri sendiri atas perilaku negatif dari anaknya. “Astaghfirullaahal’adzim”. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Aaminn …

IIF